Senin, 30 April 2012

TARI NDOLALAK

Tarian Ndolalak Kabupaten Purworejo

Saya cari manis kembang melati
Di saya cari manis kembang melati
Melati juga yang manis kepada saya

SYAIR itu cuplikan dari lagu yang sekaligus nama tarian tradisional Purworejo, tari ndolalak. Bersamaan dengan lantunan lagu itu, bunyi beduk bertalu-talu dipadu terbang jawa, organ, dan kendang mengiringi entakan kaki dan tubuh penari. Ketika para penari lain mundur secara teratur, masih ada seorang penari berkacamata hitam berjingkrak-jingkrak agresif tanda kesurupan roh halus.

Begitulah gambaran seni tradisional peninggalan leluhur yang jadi andalan dan masih berkembang di Purworejo hingga sekarang. Kini tak terlalu sulit mencari kelompok-kelompok kesenian itu. Pementasan pun berkali-kali diselenggarakan dalam beberapa acara penting, termasuk di ibu kota negara.
Ketika otonomi daerah diberlakukan, yang diikuti pembentukan Dinas Promosi Daerah (Disproda) yang merupakan penggabungan Dinas Pariwisata dan eks Departemen Penerangan, kesenian itu jadi andalan promosi daerah. Singkat kata, dari beragam kesenian tradisional di kota penghasil durian itu, Disproda memboyong grup tari ndolalak Sinar Muda dari Dukuh Sumbersari, Desa Kaligono, Kaligesing, untuk berpentas di anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Ternyata pementasan tunggal pada hari Minggu (3/6) itu mendapat respons menggembirakan.
Tak kepalang tanggung, Purworejo mendapat tawaran mementaskan tari ndolalak di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta setiap dua minggu sekali. Tapi, apa kata Kasi Promosi Wisata Gandi SSos? ”Kalau dua minggu sekali, ya repot. Bisa-bisa kami nggak pernah ngantor. Yang paling memungkinkan dua bulan sekali.”
Apa sebenarnya yang menarik dari pementasan Grup Ndolalak Sinar Muda itu? Pemerhati seni budaya asal Purworejo yang ikut ke TMII, Drs Dulrohim, menuturkan penampilan kelompok itu cukup bagus. Walau belum maksimal, para penari tampil sungguh-sungguh. Dia menilai tarian babak pertama sudah layak tonton berkat garapan karyawan Disproda Purworejo yang berbekal pendidikan seni, Sudarwoko.
Kesungguhan
Dulrokhim memuji kelompok tari ndolalak yang diusung ke Jakarta beberapa hari lalu menampakkan kesungguhan luar biasa. Salah satu bukti, sejak pukul 04.00 para penari, pengrawit, dan pesinden sudah berdandan rapi. Barangkali karena mereka bangga sekali mendapat kesempatan bermain di Jakarta.
Rasa capek tampaknya tak mereka hiraukan. Mereka main terus-menerus selama tiga jam. Para penari, yakni Sri Hartini (21), Sri Astuti (18), Siti Mulyani (18), Lestari (16), Yuyun W (18), Wahyu Ariati (14), Endang P (14), Ida Wagiyanti (16), Erni Restiana (15), Susana (16), Rika (18), dan Rita Lestari (14), senantiasa mengatur posisi dengan kompak sesuai dengan ruang anjungan Jawa Tengah.
Pada babak pertama mereka membawakan delapan tarian dan lagu Selamat Datang, Pambukane, Ikan Cucut, Kupu-kupu, Saya Cari, Atas Pisang, Jalan-jalan Keras, dan Tarian Tunggal. Setelah itu tarian lagu ”Sekar Mawar” dan ”Saya Cari”. Selanjutnya tarian lagu Kecil-kecil, Ikan Cucut, Pakai Nanti, Atas Pisang, Bagi-bagi, Jalan-jalan Alus, dan Sungguhlah Jalan.
Pemimpin sekaligus dukun kelompok tari ndolalak Sinar Muda, Siswo Pawiro (60), menuturkan grup itu berdiri pada tahun 1952. Sudah lima kali berganti kelompok pemain. Semula seluruh penari pria. Mengikuti perkembangan zaman dan selera penonton, sejak tahun tahun 1975 berganti pemain wanita muda.
Kelompok yang berpentas di TMII itu bentukan tahun 1996. Dia menyatakan kelompok itu selain berpentas di Purworejo dan sekitarnya, juga sudah sering mendapat order main di luar kota. Yakni Semarang, Borobudur (Magelang), sampai Jogja. Setiap kali main mendapat honor antara Rp 800.000 dan Rp 1 juta. uang itu dibagi untuk 12 penari dan 15 pengrawit dan pesinden.
Dia mengisahkan, tari ndolalak lahir pada zaman penjajahan Belanda. Ketika itu Purworejo dijadikan pusat latihan militer. Konon pada waktu luang para prajurit Belanda berbaur dengan warga untuk menari dalam bentuk baris berpasangan, diiringi nyanyian bersyair pantun sindiran. (Eko Priyono-58g) – Suara Merdekatarindolalak